Pagi yang cerah, di hari kemenangan..
Seperti hari-hari sebelumnya, ibu membagi tugas kami. Dari kelima anaknya, 4 anak ibu perempuan semua. Seorang dari kami ada yang menyapu, seorang lagi mencuci piring bekas sarapan, sedang yang lainnya menjemur pakaian dan mengisi air minum untuk kemudian diletakkan di kulkas. Setelah semuanya beres, kami langsung bersiap untuk melanjutkan silaturrahmi yang belum juga kelar, padahal lebaran sudah masuk hari kelima, para pengejar dunia juga sudah mulai aktif kembali berkutik dengan dunianya.
Hampir seharian kami dijalan, ketempat sepupu-sepupu, paklik (kalau kata orang tua paklik itu singkatan dari pak cilik, kalau pakdhe itu singkatan dari pak gedhe..), dan saudara jauh yang hampir-hampir kami tidak mengenal betul siapa mereka.
Sampai akhirnya kami sampai di daerah pinggiran kota Pekalongan, dearah itu biasa disebut Kedungwuni. Setelah berjalan kira-kira 10 meter dari tempat kami memarkir mobil, sampailah kami disebuah rumah mungil. Tidak cukup rapi, tapi bersih. Ternyata masih sama, rumah mungil itu masih terbagi dua. Setengah bagiannya untuk dikontrakkan dan setengah yang lain ditempati oleh sang empunya. Dialah saudara kami, mereka hanya menempati bagian kecil dari belakang rumah tersebut.
Saya sendiri tidak terlalu faham dimana jalur kekeluargaan kami hingga sampai pada beliau, saya dan saudara-saudara saya memanggil beliau hanya dengan sebutan “Mbak”. Hmm..kalau tidak salah, mungkin beliau adalah anak dari adik nenek saya yang dari ibu (harus diadakan pendataan keluarga nih!)
Rumah itu dipenuhi perabot rumah yang sudah mulai usang. Mbak itu, sebut saja namanya Fulanah, ia adalah seorang janda beranak satu, anak laki-laki kelahiran 1993, sebut saja namanya Amin Junaidi. Sejak kecil pertumbuhan Amin sudah terganggu, secara fisik ia tumbuh normal, tapi akalnya masih seperti anak kecil. Sempat beberapa kali Amin dipondokkan oleh sanak keluarga yang mampu, tapi pasti ujung-ujungnya dikeluarkan atau mengeluarkan diri. Sekarang ia bekerja disebuah tempat konveksian, tugasnya hanya memotongi kain bersama ibunya.
Ruangan kecil itu sempat membisu, sepi, keluarga besar saya(saya sebut besar, karena berjumlah lebih dari 4 orang, jauh dari program KB!! ) enggan untuk bersuara memulai pembicaraan, mungkin karena kondisi badan sudah lelah, seharian dijalan.. Tapi tiba-tiba, mata bapak menangkap tulisan kecil yang sengaja ditulis ditembok ruangan itu dengan menggunakan pensil. Kurang lebih tulisan itu begini tulisannya :
“PT. World Bank Group Islamic Center (Perkumpulan bank-bank islam sedunia)
1. Amin Junaidi, jabatan sebagai Komisariat Utama PT. World Bank Group Islamic Center
2. .......
3. Antasari Azhar, jabatan.....
4. .......
5. Ahmaddinejad, jabatan......”
Serentak kami tertawa mendengar Bapak membaca tulisan itu dengan suara lantang. Tawa yang bercampur rasa takjub. Dalam hati sempat berbisik, “Subhanallah..anak itu!!” itulah mimpi si Amin.. Ia menempatkan dirinya sebagai Komisariat Utama dari PT. Bank internasional, baru kemudian ia menambahkan Anatasari Azhar, Ahmaddinejad, dll (yang lainnya saya lupa..) sebagai anak buahnya!! Sungguh...sebuah mimpi yang besar!! Sebuah mimpi anak belasan tahun yang putus sekolah....(Amin dan Ibunya yang saat itu bersama kamipun ikut tertawa!Dahsyat!!)
Disisi dinding yang lain, bapak mendapati tulisan yang serupa, kurang lebih begini tulisan itu :
“Usamah bin Laden Vs. Barack Obama
Amin Junaidi Vs. Barack Obama
AS TERORIS SESUNGGUHNYA!!”
Sekali lagi saya dibuatnya terperanjat. Subhanallah.. Seorang Amin, anak yatim yang pendiam itu bisa menulis hal besar seperti itu. Mungkin bagi kita itu hal yang wajar-wajar saja untuk diketahui, tapi tidak untuk seorang Amin yang hidup ditengah keterbatasan itu. Mungkin ia hanya mendapatkan semua itu dari sebuah televisi kecil dirumahnya atau mungkin dari koran pembungkus sarapannya.
Ternyata masih banyak tulisan-tulisan Amin didinding rumahnya. Entah karena tidak mampu membeli buku atau karena ingin dibaca oleh orang banyak. Tapi itulah mimpi-mimpi besarnya!! Diatas pintu kamarnya juga didapati tulisannya, kurang lebih begini tulisan itu :
“Tokoh Pahlawan Nasional :
1. Soekarno Putra
2. Amin Junaidi Putra”
Sekali lagi ia hanya dapat menceritakan cita-citanya itu pada tembok yang bisu. Saya masih tak bisa bayangkan, entah berapa banyak lagi cita-cita dalam otaknya!! Benar-benar suatu yang membuat saya berfikir dan berfikir..betapa masih banyak cita-citanya yang mungkin hanya bisa menjadi hiasan dinding rumahnya, kecuali jika tangan Tuhan yang merubahnya. Dan satu hal yang lebih menyakitkan, saya yakin, masih banyak Amin-Amin yang lain dibelahan bumi sana!! Masih banyak anak-anak kecil penuh harapan itu harus mulai memeras keringatnya di usia belajarnya demi sesuap nasi dan akhirnya mereka lupa dengan sendirinya bahwasanya mereka pernah berharap dan bermimpi...
Dari sinilah saya menyadari, betapa mahal nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Baik nikmat harta, nikmat bahagia, nikmat sehat, nikmat waktu luang, dan begitu banyak nikmat-nikmatNya yang kadang keberadaannya kurang kita sadari apalagi kita syukuri!!
...فَبِأَىِّ ءَالاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Membuat saya teringat dengan seorang teman, anak teman bapak. Dia kakak kelas saya. Pandai dalam pelajaran umum (ulumuddunya), terutama bahasa inggris. Setelah menyelesaikan aliyahnya ia mengambil sebuah sekolah tinggi di sebuah kota di dekat kota Solo untuk melanjutkan studinya. Setelah satu tahun, bapaknya yang seorang ustadz ternama itu tidak begitu suka melihat pergaulan anaknya yang cenderung bebas. Terutama masalah pacaran!! Akhirnya dengan segenap tenaga, melalui bantuan temannya, ustadz alias bapak anak tadi mengurus keberangkatan anaknya ke MADINAH MUNAWAROH..dan diapuan maqbul!! Sempat ada rasa harap yang mendalam, semoga dengan berangkat kesana ia lebih semangat belajar dien dan berusaha merubah gaya hidupnya.
Waktupun berlalu, dan diapun tampak lebih aktif didunia maya dibanding sebelum dia berangkat ke Madinah. Ketika ditanya, jawaban yang selalu sama..”lagi libur..”. Yang membuat otak ini benar-benar tak habis fikir, saat libur musim panas tiba, dia pulang ke Indonesia dan memutuskan untuk tidak kembali lagi ke Madinah! Padahal sudah dia tempuh i`dad lughowy 1 tahun. Itu artinya dia bisa memulai kuliahnya di jami`ah Madinah pada tahun berikutnya. Ketika ditanya kenapa tega melepas Madinah, dia tidak menjawab langsung, tapi dia menampakkan gelagat bahwasanya dia tidak suka pacaran gaya longdistance! MaasyaaAllah..
Padahal begitu banyak saudara-saudaranya yang ingin sekali menginjak bumi Madinah. Ada yang terhalang biaya, izin orang tua, mahrom bagi yang akhwat, kemampuan yang terbatas, dll. Sungguh sangat disayangkan orang yang sudah sampai sana memutuskan untuk pulang. Apalagi dengan alasan duniawi...
....يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلاَّ الْفَـسِقِينَ
Satu hal terakhir yang membuat kami kembali tertawa diruangan kecil itu, sebuah tulisan dibalik pintu seng disamping rumahnya, kurang lebih begini bunyinya :
“Utang gorengan 3 = 1500
Utang mbak penjual = 2000”
Allahu Akbar !!!!!!
Tak sanggup saya meneruskan kalimat-kalimat ini...
Semoga Allah selalu menjaga iman dalam hatinya (karena faqir itu dekat dengan kekafiran), membuka jalan keluar untuk setiap hajatnya..Amiin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar